TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Buka puasa bersama yang dilakukan Gerakan Mahasiwa Padanglawas Utara (GEMA PALUTA) di Sekretariat GEMA PALUTA jalan Selamat Medan, dihadiri oleh bebera tokoh dan puluhan aktivis mahasiswa (18/8/2011).
Diantaranya adalah Parlinsyah Harahap, SE. sebagai Ketua Umum DPC Parta GERINDRA kabupaten Padaang Lawas Utara, Farid Wajdi, SH, M.Hum, sebagai Dekan Fakultas Hukum UMSU, Ansor Harahap mantan Bendum BADKO HMI SUMUT, Parulian Siregar Alumni Gema Paluta.
Adapun tujuan acara ini adalah mempererat silaturahmi sesama aktivis yang peduli dengan perubahan. "Tujuan acara ini dilakukan adalah untuk mempererat hubungan silaturahmi menuju perubahan" ujarnya menegaskan.
Dalam buka puasa bersama ini di isi dengan diskusi tentang Eksistensi Mahasiswa dalam melakukan perubahan sosial.
Eksistensi mahasiswa kian meneyedihkan oleh karna itu Ansor Harahap menegaskan mahasiswa harus melakukan gerakan perubahan kearah yang lebih baik dan menjadikan perubaha sebagai komitmen yang tidak bisa dipermainkan untuk memajukan daerah maupun bangsa. "Mahasiswa harus melakukan perubahan untuk memajukan daerah maupun bangsa dan perubaha sebagai harga mati" ujar penulis buku Melawan Tirani Lokal ini.
Ansor juga mengharamkan apabila seorang mahasiswa tidak melakukan perubahan. "Haram bagi mahasiswa yang tidak peduli dengan perubahan" ujar pria kecil dan kurus ini.
Farid, Dekan Fakultas Hukum ini juga mengatakan hal senada bahwa sikap kritis merupakan kewajiban mahasiswa. Untuk itu mahasiswa dituntut untuk melkukan perubahan. "Sikap kritis itu adalah kewajiban untuk melkukan perubahan. Dalam konteks perubahan, mahasiswa mahasiswa sangat berpengaruh" ujar pakar hukum ini.
Farid juga menyarankan strateginya apabila ingin melakukan perubahan yaitu mahasiswa harus mampu memanfaatkan oranglain atau masyarakat. "Kalau bisa jangan lagi kalian yang turun tapi manfaatkan oranglain untuk mencapai tujuan kalian. Itulah Ilmu seni memanfaatkan oranglain. Jangan takut karna sekecil apapun kerja kalian itu pasti bermanfaat" tambahnya.
Parlinsyah Harahap, dalam itu ini menganjurkan mahasiswa untuk memperhatikan masyarakat juga untuk menopang perubahan. "Bagaimana melakukan perubahan sementa kebodohan rakyat dimanfaatkan untuk memilih pemimpin paluta. Mahasiswa kedepan harus memiliki sendiri kriteria calon pemimpin daerah lalu beri tahu pada masyarakat" ujar alumni fakultas ekonomi USU ini.
Lain hal dengan cara yang diaujukan Parulian siregar. Yaitu apbila ingin melakukan perubahan, mahasiswa jangan lupa berdoa, dan mahasiswa harus melakukan perkaderan untuk membentuk jatidiri anggota serta untuk membangun militansi kader. "Tidak akan kuat suatu gerakan apabila tidak dibarengi dengan usaha dan doa. Dan melakukan perkaderan maka akan terbangun militansi berorganisasi." ujar parulian. (ibr/tribun-medan.com)
Diantaranya adalah Parlinsyah Harahap, SE. sebagai Ketua Umum DPC Parta GERINDRA kabupaten Padaang Lawas Utara, Farid Wajdi, SH, M.Hum, sebagai Dekan Fakultas Hukum UMSU, Ansor Harahap mantan Bendum BADKO HMI SUMUT, Parulian Siregar Alumni Gema Paluta.
Adapun tujuan acara ini adalah mempererat silaturahmi sesama aktivis yang peduli dengan perubahan. "Tujuan acara ini dilakukan adalah untuk mempererat hubungan silaturahmi menuju perubahan" ujarnya menegaskan.
Dalam buka puasa bersama ini di isi dengan diskusi tentang Eksistensi Mahasiswa dalam melakukan perubahan sosial.
Eksistensi mahasiswa kian meneyedihkan oleh karna itu Ansor Harahap menegaskan mahasiswa harus melakukan gerakan perubahan kearah yang lebih baik dan menjadikan perubaha sebagai komitmen yang tidak bisa dipermainkan untuk memajukan daerah maupun bangsa. "Mahasiswa harus melakukan perubahan untuk memajukan daerah maupun bangsa dan perubaha sebagai harga mati" ujar penulis buku Melawan Tirani Lokal ini.
Ansor juga mengharamkan apabila seorang mahasiswa tidak melakukan perubahan. "Haram bagi mahasiswa yang tidak peduli dengan perubahan" ujar pria kecil dan kurus ini.
Farid, Dekan Fakultas Hukum ini juga mengatakan hal senada bahwa sikap kritis merupakan kewajiban mahasiswa. Untuk itu mahasiswa dituntut untuk melkukan perubahan. "Sikap kritis itu adalah kewajiban untuk melkukan perubahan. Dalam konteks perubahan, mahasiswa mahasiswa sangat berpengaruh" ujar pakar hukum ini.
Farid juga menyarankan strateginya apabila ingin melakukan perubahan yaitu mahasiswa harus mampu memanfaatkan oranglain atau masyarakat. "Kalau bisa jangan lagi kalian yang turun tapi manfaatkan oranglain untuk mencapai tujuan kalian. Itulah Ilmu seni memanfaatkan oranglain. Jangan takut karna sekecil apapun kerja kalian itu pasti bermanfaat" tambahnya.
Parlinsyah Harahap, dalam itu ini menganjurkan mahasiswa untuk memperhatikan masyarakat juga untuk menopang perubahan. "Bagaimana melakukan perubahan sementa kebodohan rakyat dimanfaatkan untuk memilih pemimpin paluta. Mahasiswa kedepan harus memiliki sendiri kriteria calon pemimpin daerah lalu beri tahu pada masyarakat" ujar alumni fakultas ekonomi USU ini.
Lain hal dengan cara yang diaujukan Parulian siregar. Yaitu apbila ingin melakukan perubahan, mahasiswa jangan lupa berdoa, dan mahasiswa harus melakukan perkaderan untuk membentuk jatidiri anggota serta untuk membangun militansi kader. "Tidak akan kuat suatu gerakan apabila tidak dibarengi dengan usaha dan doa. Dan melakukan perkaderan maka akan terbangun militansi berorganisasi." ujar parulian. (ibr/tribun-medan.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar